A.
Pengertian Perawatan
Sebelum kita membahas tentang Perawatan Korektif (corrective
maintenance) ada baiknya kita kita ketahui sedikit tentang defenisi perawatan. Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang
penting dalam mendukung suatu proses
produksi yang mempunyai daya saing di pasaran. Produk yang dibuat industri
harus mempunyai hal-hal berikut:
1. Kualitas baik
2. Harga pantas
3. Di produksi dan diserahkan ke konsumen
dalam waktu yang cepat.
Oleh karena itu proses produksi harus didukung
oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal. Untuk mencapai hal itu
maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini harus selalu dilakukan
perawatan yang teratur dan terencana. Secara skematik, program perawatan di dalam suatu industri bisa dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Peranan Program perawatan sebagai pendukung
aktivitas produksi.
B.
Perawatan
korektif (Corrective Maintenance)
Perawatan korektif
(Corrective
Maintenance) merupakan kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau
kerusakan yang ditemukan selama masa waktu preventive
maintenance. Pada umumnya, Perawatan
korektif bukanlah aktivitas perawatan yang terjadwal,
karena dilakukan setelah sebuah komponen mengalami kerusakan dan bertujuan
untuk mengembalikan kehandalan sebuah komponen atau sistem ke kondisi semula.
Perawatan korektif
(Corrective maintenance) dikenal sebagai breakdown atau
run to failure maintenance.
Pemeliharaan hanya dilakukan setelah peralatan atau mesin rusak. Bila strategi
pemeliharaan ini digunakan sebagai strategi utama akan menimbulkan dampak
tingginya kegiatan pemeliharaan yang tidak direncanakan dan inventori part
pengganti.
Perawatan korektif
(Corrective Maintenance) adalah
tindakan perawatan yang dilakukan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan
atau kemacetan yang terjadi berulang kali. Prosedur ini diterapkan pada
peralatan atau mesin yang sewaktu-waktu dapat rusak. Dalam kaitan ini perlu
dipelajari penyebabnya-penyebabnya, perbaikan apa yang dapat dilakukan, dan
bagaimanakah tindakan selanjutnya untuk mencegah agar kerusakan tidak terulang
lagi.
Pada umumnya usaha
untuk mengatasi kerusakan itu dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Merubah proses
2. Merancang kembali komponen yang gagal
3. Mengganti dengan komponen baru atau yang
lebih baik
4. Meningkatkan prosedur perawatan preventif.
Sebagai contoh, melakukan pelumasan sesuai ketentuannya atau mengatur kembali
frekuensi dan isi daripada pekerjaan inspeksi.
5. Meninjau kembali dan merubah sistem
pengoperasian mesin. Misalnya dengan merubah beban unit, atau melatih operator
dengan sistem operasi yang lebih baik, terutama pada unit-unit khusus.
Perawatan korektif
tidak dapat menghilangkan semua kerusakan, karena bagaimanapun juga suatu alat
atau mesin-mesin yang dipakai lambat laun akan rusak. Namun demikian, dengan
adanya tindakan perbaikan yang memadai akan dapat membatasi terjadinya
kerusakan.
Dalam pelaksanaan
kerjanya, untuk mengatasi kerusakan dan mengambil tindakan korektif yang
diperlukan adalah tanggung jawab bersama dari bagian teknik, produksi dan
perawatan. Secara umum, pengelolaan dan pengkoordinasian untuk penerapan
program perawatan preventif adalah tanggung jawab manajer teknik dan perawatan.
Pemeliharaan yang bersifat memperbaiki
(corrective maintenance) akan berkaitan dengan deteksi kerusakan, penentuan
lokasi kerusakan, dan perbaikan atau penggantian bagian yang rusak.
Corrective
Maintenance dibagi atas dua kelompok, yaitu :
1. Planned
Corrective Maintenance
Perawatan dilakukan
apabila telah diketahui sejak dini kapan peralatan yang harus diperbaiki,
sehingga dapat sejak awal dan mampu dikontrol, Oleh
karena itu, Dalam pelaksanaan pemeliharaan
antara terencana yang harus diperhatikan adalah jadwal operasi
pabrik, perencanaan pemeliharaan, sasaran perencanaan pemeliharaan,
faktor-faktor yang diperhatikan dalam perencanaan pekerjaan pemeliharaan,
sistem organisasi untuk perencanaan yang efektif, dan estimasi
pekerjaan. Jadi, Pemeliharaan terencana
merupakan pemakaian yang paling tepat mengurangi keadaan darurat dan waktu
nganggur mesin. Adapun keuntungan lainnya yaitu:
·
Pengurangan
pemeliharaan darurat,
·
Pengurangan
waktu nganggur
·
Menaikkan
ketersediaan (availability) untuk produksi
·
Meningkatkan
penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi
·
Memperpanjang waktu antara overhaul
·
Pengurangan
penggantian suku cadang, membantu pengendalian sediaan
·
Meningkatkan
efisiensi mesin pengendalian anggaran dan biaya yang bisa diandalkan
·
Memberikan
informasi untuk pertimbangan penggantian mesin.
2.
Unplannned Corrective Maintenance
Pemeliharaan tak terencana adalah yaitu
pemeliharaan darurat, yang didefenisikan sebagai pemeliharaan dimana perlu
segera dilaksanakan tindakan untuk mencegah akibat yang serius, misalnya
hilangnya produksi, kerusakan besar pada peralatan, atau untuk keselamatan
kerja.
Pada umumnya sistem pemeliharaan merupakan
metode tak terencana, dimana peralatan yang digunakan dibiarkan atau tanpa disengaja
rusak hingga akhirnya, peralatan tersebut akan digunakan kembali maka diperlukannya
perbaikan atau pemeliharaan.
Prosedur pelaksanaan pemeliharaan korektif adalah
sebagai berikut:
1.
Informasi kerusakan mesin/peralatan ditulis oleh
operator mesin, menggunakan formulir permintaan pemeliharaan.
2.
Setelah diisi lengkap dan disetujui oleh
koordinator pemesinan, kemudian disampaikan ke bagian pemeliharaan.
3.
Berdasarkan laporan tersebut, bagian pemeliharaan
melakukan tindakan perbaikan pada mesin/peralatan.
4.
Hasil dari pemeliharaan pencegahan dan pemeliharaan
korektif ditulis pada formulir laporan kerja dan kartu perhitungan biaya
pemeliharaan.
5.
Setelah laporan dibuat lengkap dan disetujui oleh
penyelia pemeliharaan, laporan tersebut ditulis kembali ke kartu riwayat mesin
untuk didokumentasikan.
Keuntungan dan
Kerugian dari perawatan korektif (Corrective Maintenance) bisa dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel . Keuntungan dan Kerugian
Corrective Maintenance
Keuntungan
|
Kerugian
|
♣ Biaya rendah
♣ Jumlah staff
lebih sedikit
|
Ø Biaya
yang meningkat apabila terjadi downtime pada peralatan
Ø Biaya
buruh meningkat terutama bila terjadi overtime yang dibutuhkan
Ø Biaya
yang harus dikeluarkan untuk perbaikan atau penggantian peralatan
Ø Penggunaan
staff yang tidak efisien
|